Remaja Tembilan
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Go down
avatar
Admin
Admin
Posts : 5
Join date : 04.05.17
https://remajatembilahan.board-directory.net

Cinta Tanpa Permisi Empty Cinta Tanpa Permisi

Sat Jul 22, 2017 11:31 am
Cerpen Karangan: Imam Aris Sugianto
Lolos moderasi pada: 22 July 2017

Belajar, belajar dan belajar sekaligus membaca, membaca dan membaca sudah menjadi motto dan kebiasaanku dalam hidup. Bahkan perpustakaan kampus sudah aku anggap seperti rumahku sendiri. Karena dengan semua itu aku bisa menggali ilmu pengetahuan sebanyak mungkin dan kalau perlu aku akan membuka jendela dunia hingga ke ujung-ujungnya.

Ibu selalu mengajarkanku untuk selalu menghargai setiap detik dalam hidup ini. Apalagi jikalau aku bisa mengimplementasikannya selalu dalam setiap nafas yang terhembus dalam hidup ini, maka akan menjadi suatu apresiasi tersendiri bagiku. Tapi setiap kali godaan demi godaan itu datang silih berganti, malas, galau, pening, marah, mengeluh dan semacamnya seolah-olah mau membuat kepala ini pecah tapi aku tetap bertahan untuk terus berjuang menuju masa depan yang lebih cerah.

Jikalau tidak ingat wajah ibu dan ayah di rumah yang berjuang mencari biaya kuliahku dan jikalau tidak ingat impian-impianku dimasa depan serta jikalau tidak ingat dengan sumpah serapahku di depan ibu dan ayah bahwa aku akan terus belajar dan menjadi sukses di kemudian hari dan tentunya jikalau tidak ingat janji-janjiku pada bangsa ini, mungkin aku sudah tak sanggup lagi dengan semua ini. Semuanya terasa berat dan terasa kupikul sendiri.



Kali ini aku masih bergulat dengan waktu dengan membaca sebuah buku tentang Analisis kebijakan publik karya Dr. joko Widodo yang membuatku tergelitik untuk membacanya, walau program studi yang kuambil berbeda jauh seratus delapan puluh persen dari yang kubaca. Asal aku suka tak ada masalah. Akutansi telah memikat hatiku sejak awal memilih program studi. Aku memang suka dunia politik tapi entah kenapa aku memilih Akutansi menjadi latar belakang pendidikanku kelak.

Akhirnya aku akhiri waktu dengan menutup buku yang aku baca tadi. Dan dengan gagahnya aku berdiri. Aku langkahkan kakiku ke luar pintu perpustakaan kampus. Dengan menenteng buku-buku besar Akutansi dan buku lainnya yang telah aku pinjam. Aku keluar dari perpustakaan dan berhenti di emperan perpustakaan karena hujan yang deras telah memberhentikanku dengan tiba-tiba.

“Wisnuuuu…” Panggil seorang perempuan berjilbab dari arah belakangku.
Aku pun menoleh dan tersenyum kepadanya. Dia adalah rahma -sahabatku dari program studi ilmu administrasi negara- sahabat dari sebuah kuliah lapangan beberapa bulan lalu. Wajahnya cantik dan membuatku sedikit berdegup ketika melihat senyumannya yang indah itu.
Rahma mendekat dan berdiri di sampingku sambil melebarkan payung berhiaskan warna merah jambu itu ke atas.
“Bareng yuk…! Kan lagi hujan begini, pasti kamu lagi buru-buru kuliah kan?” Ajak rahma ramah dengan diiringi senyumannya yang indah.
Kemudian wajahku sumringah tanpa sebab setelah dia menawariku berjalan bareng dalam satu payung disaat hujan-hujan begini.
“Apa tak merepotkanmu, kan kita beda fakultas…” Tanyaku antusias.
“Gakpapa. aku antar sampai fakultasmu… hujan deras begini sulit berhenti loh.. Ayukk.” kata rahma lagi.
“Baiklah, terima kasih..” tukasku.

Kemudian kita berdua melangkahkan kaki bersama di dalam satu payung tersebut diiringi hujan yang deras. Memang jikalau dilihat tampak romantis diiringi canda tawa dan pembicaraan yang kita rangkai bersama selama perjalanan menuju fakultas. Tetapi selama itu pula aku merasa ada sesuatu di dalam hati ini. Jantung ini berdegup kencang. Pandangan matanya membuatku seakan-akan tertaklukkan olehnya. Senyumannya membuatku tak bisa berkutik. Kita pun berpisah setelah ia mengantarkan diriku ke fakultasku. Dengan payungnya yang berhiaskan warna merah jambu itu, dia pergi melenggang jauh dari mataku. Sumpah mati, aku tak bisa melupakan peristiwa yang barusan terjadi. Inikah yang namanya cinta.

Keeseukkan harinya aku sudah siap dengan serangkai bunga mawar yang indah. Aku bergegas menemui rahma dengan penuh keyakinan. Aku cari dia di fakultasnya. Dan aku temukan dia di kelas yang sedang ada perkuliahan. Aku beranikan diri meminta izin dosen untuk mengutarakan cintaku kepadanya. Dan dosen itu pun mengizikanku untuk melakukan hal yang aku mau. Aku berdiri tegap dengan gagah dan penuh dengan percaya diri. Aku ulurkan serangkaian bunga mawar tadi ke arah rahma.

“Rahma, sebenarnya sejak aku bertemu dan jadi sahabatmu aku sudah menyimpan perasaan padamu. Saat ini di depan khalayak ramai, aku mau mengutarakan isi hatiku ini. Aku mencintaimu lebih dari apapun. Aku ingin kamu menjadi pacarku dan bahkan jadi istriku untuk anak-anakku kelak. Mau kah kamu menerima cintaku ini…” Kataku dengan penuh kegugupan.
Semua anak-anak yang ada di kelas mulai ramai. Dan antusias mendukungku. Teman-temannya rahma mulai mendorong-dorongnya untuk maju ke depan. Keringat dingin mulai bercucuran membasahi tubuhku. Aku sangat gugup. Apalagi rahma sudah melangkahkan kakinya dan mendekat di hadapanku. Dia tersenyum manja dan menatapku tajam. Dan aku masih mengulurkan rangkaian bunga mawar tersebut ke arahnya dengan wajah yang penuh harap.
“Terima.. terima.. terima…” Sorak sorai anak-anak sambil menepuk-nepuk tangannya.
Rahma langsung mengambil alih rangkaian bunga mawar tersebut dan mencuim semerbak harum bunga mawar yang menggoda jiwa itu.
“Aku terima cintamu dengan Bismillah…” Ucap rahma dengan sembari terseyum.
Aku pun bersorak sorai dan melonjak-lonjak kegirangan. Dan kemudian aku kembali memandang wajah itu dengan senyuman yang amat berarti, tentunya dengan senyuman kebahagiaan. Selang beberapa menit kemudian rahma memelukku dengan erat dan mendekap sepenuh hati.

Sudah setahun lamanya kisah cinta itu terukir di antara kita berdua. Merangkai kisah sepanjang sejarah selama setahun ini. Saat-saat terindah itu mulai terlukis kembali dikedua wajah kita bersama ketika kita berdua di wisuda bersama di dalam sebuah auditorium universitas. Kedua orangtua kita tampak ikut bahagia. Akhirnya kelulusan kuliah tersebut menghantarkan aku dan rahma dalam perayaan atau tepatnya syukuran di rumah rahma. Teman-temannya hadir dalam syukuran tersebut dan sekaligus syukuran untuk ulang tahun hari jadinya cinta kita berdua. Kita memang sangat bahagia dengan semua ini. Dan kita pun berdansa bersama dengan diringi lagu dangdut yang sejak dulu kita suka “sagita asolole”. Rona kebahagiaan ini bertebaran di kedua wajah kita berdua dan kuharap semua ini akan terus meghiasi hidupku dan hidupnya rahma.

Seusai syukuran, aku mengajak rahma berbicara empat mata di belakang rumah dengan ditemani langit yang berhiaskan bintang-bintang dan bulan yang terlingkup dalam galaksi bima sakti.
“Aku dapat beasiswa ke luar negeri dan besok lusa aku harus berangkat ke jepang.” Tukasku pelan sambil memegang tangannya.
Wajahnya tampak senang dan bahagia mendengar berita itu.
“Oh iyaaaa…, wah selamat yaaa…” ujar rahma dengan bahagia.
Tetapi tak lama kemudian wajahnya menyusutkan dan tampak sedih.
“Kenapa sayang? Kamu bahagia kan” Tanyaku cemas.
“Aku bahagia. sangat bahagia, bahkan kebahagiaanku tak bisa terlukiskan dengan apapun. Tapi yang aku cemaskan, bagaimana dengan hubungan kita selama kamu kuliah ke luar negeri… aku takut kamu akan tergoda dengan gadis-gadis yang lebih cantik daripada aku.” Cemas rahma.
“Tenang saja sayang. Aku akan selalu setia padamu hingga maut memisahkan kita.” Janjiku.
“Setalah aku menyelesaikan masterku di kota sakura itu, aku akan melamarmu dan langsung menikahimu serta kita akan hidup bersama dengan anak-anak kita nanti.” Lanjutku.
Airmata itu menetes pelan dan ia memelukku dengan erat. Isakan tangis kebahagiaan bercampur kesedihan itu membuatku sedikit menciutkan mental ini dan tak tega meninggalkannya.

Dua hari telah berlalu. Hari ini menjadi keberangkatanku ke negeri sakura untuk memenuhi panggilan beasiswa masterku. Aku sudah siap dengan koper gede yang berisi perlengkapan selama aku di sana nanti. Rahma juga telah membantuku siap-siap pagi ini dan bermaksud untuk mengantarkankku ke bandara. Selama dua tahun aku akan berpisah sementara dengan kekasih hatiku ini. Aku bahagia mendapatkkan calon pendamping hidup seperti dia. Selang beberapa jam kemudian aku pun beragkat dengan diantar oleh rahma dan kedua orangtuaku di bandara.

Dua tahun telah berlalu. Dan gelar master telah aku dapatkan. Aku tak ambil pusing setelah pulang ke Indonesia dan bertemu ibu dan ayah, aku langsung bergegas menemui rahma -kekasihku. Kita berdua bergeming dalam keheningan malam yang melukiskan cinta kita berdua.

“Kamu mau kan jadi istriku untuk anak-anakku nanti, dan setelah kita menikah, aku akan mengajakmu pindah ke jepang, Karena aku sudah ada kontrak dengan perusahaan di sana…” pintaku.
Rahma hanya tersenyum dan mengaggukkan kepalanya dengan sejuta bahagia.

Akhirnya kita menikah dengan dihadiri seluruh kawan-kawan kuliah kita dulu. Gamelan jawa dan musik bernafaskan islami bergantian mengiringi pernikahan kita berdua. Budaya jawa sangat kental di pernikahan kita. Semua para undangan sangat bahagia dengan pernikahan kita.
Kembali Ke Atas
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik